Fikrah yang dijadikan landasan bagi Hizbut Tahrir
telah merasuk dalam diri pengikutnya, yang selalu diusahakan agar
menjadi bagian dari umat serta yang dijadikan sebagai perkara utama
mereka adalah fikrah Islam, yaitu (berupa) akidah Islam serta seluruh ide yang lahir dari akidah, termasuk seluruh hukum yang dibangun di atas akidah tadi. Hizbut Tahrir telah mengadopsi dari fikrah Islam ini perkara-perkara yang diperlukan oleh sebuah partai politik yang bertujuan ingin mewujudkan Islam di tengah-tengah kehidupan masyarakat, yaitu dengan merasukkan Islam ke dalam sistem pemerintahan, hubungan (interaksi) antara masyarakat, dan di seluruh aspek kehidupan.
Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintahnya (Rasul) takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih. (TQS an-Nur [24]: 63)
Hizb
telah menjelaskan segala sesuatu yang diadopsinya itu secara terperinci
dalam buku-buku dan selebaran-selebaran, disertai dengan keterangan dan
dalil-dalil yang rinci untuk setiap hukum, pendapat, pemikiran atau persepsinya. Berikut ini adalah beberapa contoh -secara garis besar- tentang hukum, pemikiran, persepsi dan pendapat Hizbut Tahrir yang paling menonjol.
akidah Islam adalah iman kepada Allah, malaikat-Nya, Kitab-kitab Allah, Rasul-rasul-Nya, hari kiamat dan iman terhadap qadla-qadar baik atau buruknya datang dari Allah Swt.
Iman
adalah tashdiq al-jazim (membenarkan sesuatu dengan pasti) yang sesuai
dengan kenyataan, serta berdasarkan bukti dan dalil. Apabila pembenaran
ini tidak berdasarkan dalil, maka ia tidak dapat disebut sebagai iman.
Sebab, di dalamnya tidak terdapat unsur kepastian. Begitu pula
pembenaran tidak akan mencapai tingkat pasti kecuali jika ia ditetapkan
dengan dalil yang qath’iy (pasti). Oleh karena itu dalil-dalil akidah harus bersifat qath’iy dan tidak boleh bersifat dzanni (tidak pasti/dugaan).
akidah
berupa kalimat syahadat (Laa ilaha illa Allah, wa anna Muhammad
ar-Rasulullah), tidak dianggap syahadat kecuali dilakukan berdasarkan
ilmu, keyakinan dan pembenaran. Tidak berdasarkan dugaan. Sebab, dugaan
tidak menghasilkan ilmu dan keyakinan.
akidah Islam adalah asas bagi Islam,
asas bagai pandangan hidup, asas bagi negara, konstitusi dan
perundang-undangan, serta asas bagi segala sesuatu yang lahir dan
dibangun dari atau di atas akidah, baik itu berupa pemikiran, hukum maupun persepsi Islam. akidah Islam juga menjadi qiyadah fikriyah (kepemimpinan ideologis), qa’idah fikriyah (landasan pemikiran), sebagai aqidah siyasiyah (akidah yang bersifat politis). Sebab, ide-ide, hukum-hukum, pendapat-pendapat, dan persepsi-persepsi yang lahir atau tumbuh di atas akidah terkait dengan urusan-urusan dunia dan tata cara pengaturannya, seperti halnya juga terkait dengan urusan akhirat.
akidah Islam juga menjadi asas yang mengatur seluruh urusan dunia. Di dalamnya terdapat hukum-hukum tentang jual-beli, sewa menyewa, perwakilan, jaminan (garansi), pemilikan, pernikahan, syirkah, warisan dan lain-lain. Di dalamnya juga terdapat hukum-hukum yang berkaitan dengan penjelasan tatacara pelaksanaan hukum yang mengatur urusan-urusan dunia, seperti hukum wajib adanya Amir bagi sebuah jama’ah, termasuk hukum dan tatacara pengangkatan Amir, melakukan koreksi/kritik dan taat kepadanya. Sama halnya dengan hukum-hukum jihad, perdamaian, gencatan senjata, atau seperti hukum tentang ‘uqubat (sanksi) dan lain-lain. Dengan demikian akidah Islam adalah akidah yang mengatur segala urusan hingga bisa disebut sebagai aqidah siyasiyah (akidah yang bersifat politik). Karena, arti dari politik (siyasah) adalah pengaturan dan pemeliharaan seluruh urusan umat.
akidah Islam juga merupakan akidah
yang tidak dapat dipisahkan dari perjuangan dan peperangan, baik dalam
mengemban dakwahnya, mempertahankannya maupun dalam menegakkan negara
-yang berlandaskan pada akidah tersebut-, yang akan melindungi akidah dan tetap berdiri di atas akidah Islam serta berusaha melaksanakan hukum-hukumnya. Juga dalam melakukan koreksi terhadap penguasa apabila mereka mengabaikan pelaksanaan hukum-hukum Islam dan melalaikan penyebarluasan risalah Islam ke seluruh dunia.
akidah Islam
menuntut pengesaan hanya terhadap Allah, melalui ibadah dan ketundukan
serta pengakuan bahwa hanya Allahlah pembuat peraturan (tasyri’).
Menolak segala bentuk ubudiyah kepada selain Allah dari kalangan
makhluk-makhluk-Nya, baik berupa patung, thaghut (peraturan dan undang-undang yang tidak berasal dari Allah-pen), atau mengikuti hawa nafsu dan syahwat semata.
Allah Swt adalah satu-satunya Khaliq (Pencipta) yang berhak diibadahi. Dialah Sang penguasa, Maha Pengatur, Pembuat hukum, Sang Penunjuk, Pemberi Rizki, Yang Menghidupkan dan Mematikan, serta Maha Penolong. Seluruh kekuasaan berada di tangan-Nya. Ia berkuasa atas segala sesuatu, tidak bersekutu dengan siapapun dari ciptaan-Nya.
akidah Islam
juga menuntut hanya Rasul Muhammad saw sebagai satu-satunya panutan di
antara semua makhluk yang ada. Tidak boleh mengikuti selain Rasulullah
Muhammad, dan tidak diterima selain dari beliau. Beliaulah yang telah
menyampaikan syari’at Rabbnya. Tidak diperkenankan mengambil syari’at
selain dari beliau (siapapun orangnya), atau dari agama dan ideologi
selain Islam, atau dari para pakar hukum. Seorang muslim wajib mengikuti dan mengambil hukum hanya dari Rasul saw berdasarkan firman Allah Swt:
]وَمَا ءَاتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا[
Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah ia, dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. (TQS al-Hasyr [59]: 7)
]وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلاَ مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ[
(Dan)
Tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi
perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan
sesuatu ketetapan (hukum) akan ada pilihan (hukum lain) tentang urusan
mereka. (TQS al-Ahzab [33]: 36)
]فَلاَ وَرَبِّكَ لاَ يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ[
Ÿ
Maka
demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu (Muhammad) hakim terhadap perkara yang mereka
perselisihkan. (TQS an-Nisa [4]: 65)
]فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ[
Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintahnya (Rasul) takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih. (TQS an-Nur [24]: 63)
akidah Islam juga menuntut kewajiban menerapkan Islam secara sempurna dan totalitas. Diharamkan menjalankan (hukum Islam) sebagian dan meninggalkan sebagian lainnya, atau menerapkannya secara bertahap. Kaum muslim diperintahkan untuk menerapkan semua yang telah diturunkan Allah kepada Rasul-Nya setelah turun firman-Nya:
]الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ اْلإِسْلاَمَ دِينًا[
Pada
hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan
nikmatKu kepadamu dan telah Kuridhai Islam menjadi agamamu. (TQS
al-Maidah [5]: 3)
Kita tidak boleh membeda-bedakan hukum yang satu dengan hukum yang lainnya. Seluruh hukum
Allah adalah sama dalam hal kewajiban pelaksanaannya. Oleh karena itu
Abubakar ra dan para sahabat telah memerangi orang-orang yang tidak mau
membayar zakat, karena mereka menolak melaksanakan salah satu hukum, yaitu hukum zakat. Disamping itu Allah Swt mengancam orang-orang yang membeda-bedakan antara satu hukum dengan hukum
yang lain, atau orang-orang yang beriman terhadap sebagian dari
Kitabullah dan kufur terhadap sebagian lainnya. Mereka diancam dengan
kehinaan di dunia dan siksa yang pedih di akhirat sebagaimana
firman-Nya:
]أَفَتُؤْمِنُونَ
بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَتَكْفُرُونَ بِبَعْضٍ فَمَا جَزَاءُ مَنْ يَفْعَلُ
ذَلِكَ مِنْكُمْ إِلاَّ خِزْيٌ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ
الْقِيَامَةِ يُرَدُّونَ إِلَى أَشَدِّ الْعَذَابِ[
Apakah
kamu beriman kepada sebagian dari Kitab (Allah) dan ingkar terhadap
sebagian yang lain? Tiadalah balasan dari orang yang berbuat demikian
daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia dan pada hari
Kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang amat berat. (TQS.
al-Baqarah [2]: 85)
Hizbut Tahrir telah membahas berbagai perkara tentang akidah,
antara lain pembuktian adanya Allah Sang Pencipta, pembuktian kebutuhan
akan adanya Rasul dan pembuktian bahwa al-Qur’an berasal dari Allah Swt
dan Muhammad saw adalah seorang Rasul. Semua itu dibahas berdasarkan
dalil ‘aqli dan naqli yang berasal dari al-Qur’an dan Hadits mutawatir. Hizbut Tahrir
telah membahas pula perkara qadar, qadla dan qadar, rizki, ajal,
tawakal kepada Allah, serta perkara hidayah (petunjuk) dan dlalalah
(kesesatan).(Sumber :Buku Mengenal Hizbut Tahrir)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar