Nabi saw.
pernah bersabda, “Mintalah oleh kalian kepada Allah ampunan dan
kesehatan. Sesungguh-nya setelah nikmat keimanan tak ada nikmat yang
lebih baik yang diberikan kepada seseorang selain nikmat sehat.” (HR Hakim).
Hadis ini telah memberikan penjelasan, bahwa Islam memberikan perhatian yang sangat luar biasa terhadap kesehatan. Hal ini tampak saat Islam menyandingkan kesehatan dengan keimanan, nikmat keimanan dan nikmat kesehatan. Rasulullah saw. juga bersabda yang artinya, “Orang Mukmin yang kuat itu lebih baik dan disukai Allah daripada Mukmin yang lemah.” (HR muslim).
Peran Ibu
Islam telah sangat jelas mengatur bahwa negara bertanggung jawab dalam menjaga kesehatan rakyatnya. Namun, Islam pun memberikan tatacara individu rakyat untuk menjaga kesehatannya berdasarkan syariah. Ayah dan ibu memiliki peran yang penting dalam menjaga kesehatan anggota keluarganya, terutama ibu, karena tugasnya sebagai ummu wa rabbatul-bayt. Ibu berperan besar dalam menjaga kesehatan keluarganya sebagaimana telah diatur oleh syariah di antaranya:
- Menyusui anaknya sampai si anak berusia dua tahun.
Siapa pun memahami bahwa ASI adalah
makanan terbaik bagi anak, terutama dalam 6 bulan pertama sejak
kelahiran sang bayi. Anak membutuhkan asupan gizi yang tepat untuk
meningkatkan kemampuan otak mereka dan keterampilan anak sehingga mereka
menjadi lebih mahir dalam menghapal atau mengingat sesuatu. Karena itu
asupan gizi yang seimbang mestinya sudah tersedia dalam jumlah yang
cukup semenjak anak menyusu kepada ibunya dalam bentuk ASI. Pada saat
menyusui, seorang ibu juga sesungguhnya sedang membentuk inteligensia
dan emosional anaknya. Melalui proses menyusui, terwujud kedekatan
antara bayi dan ibu, muncul ikatan emosional antara anak dan ibu. Karena
itu tepatlah ketika Islam memerintahkan seorang ibu untuk menyusui
bayinya hingga si anak berusia dua tahun (Lihat: QS al-Baqarah [2]:
233).
- Membiasakan anggota keluarga menjaga kebersihan diri.
Menjaga kebersihan badan merupakan amalan yang baik. Islam memerintahkan kepada kita untuk menjaga kebersihan badan. Rasulullah saw., “Ath-Thuhûru syatr al-îman (Bersuci adalah setengah (sebagian) dari iman.” (HR Ahmad, muslim dan at-Tirmidzi).
- Menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal.
Lingkungan tempat tinggal merupakan tempat keluarga
berkumpul dan menghabiskan waktu bersama. Lingkungan yang baik adalah
lingkungan yang bersih sehingga tidak menjadi sarang kuman dan bibit
penyakit yang bisa mengganggu kesehatan keluarga. Kenyamanan untuk berada dalam lingkungan yang bersih dan sehat bisa membuat keluarga lebih harmonis karena dapat membuat seluruh anggota keluarga
betah untuk menghabiskan waktu di rumah. Bahkan rumah yang bersih dan
nyaman akan memberikan aura yang positif bagi siapapun. Rasulullah saw.
bersabda, “Sesungguhnya Allah SWT adalah baik dan mencintai
kebaikan, bersih dan mencintai kebersihan, mulia dan mencintai
kemuliaan, dermawan dan mencintai kedermawanan. Karena itu bersihkanlah
halaman rumahmu dan janganlah kamu menyerupai orang Yahudi.” (HR at-Tirmidzi).
- Menanamkan perilaku hidup sehat kepada seluruh anggota keluarga sejak dini.
Islam memerintahkan kita untuk menjaga kebersihan. Islam
pun menganjurkan kita untuk hidup sehat. Kebiasaan hidup sehat tidak
muncul begitu saja, tetapi merupakan perilaku yang harus ditanamkan
sejak anggota keluarga masih kecil. Di sinilah ibu memiliki peran yang sangat besar.
Islam telah memerintahkan kepada orangtua untuk mengkhitan anak-anaknya, menganjurkan untuk makan tidak berlebihan sehingga kekenyangan. Islam
melarang kita untuk makan dan minum sambil berdiri dan sebagainya. Di
sinilah pentingnya peran ibu untuk membiasakan hidup sehat kepada anak-anaknya. Rasulullah saw. bersabda, “Janganlah
kalian minum sambil berdiri. Siapa lupa sehingga minum sambil berdiri
maka hendaklah ia berusaha untuk memuntahkannya.” (HR Ahmad).
Beliau pun bersabda, “Tidaklah anak Adam memenuhi wadah yang lebih buruk dari perut. Cukuplah bagi anak
Adam memakan beberapa suapan untuk menegakkan punggungnya. Namun, jika
ia harus (melebihinya), hendaknya sepertiga perutnya (diisi) untuk
makanan, sepertiga untuk minuman dan sepertiganya lagi untuk bernafas.”
- Menyediakan makanan yang halal, baik dan bergizi bagi anggota keluarganya.
Membuat dan menyediakan makanan yang
sehat, bergizi dan tetap enak untuk dinikmati serta sesuai dengan
standar dari pola hidup sehat merupakan amalan yang disukai Allah SWT.
Apalagi jika dalam anggota keluarga tersebut terdapat anak kecil atau
orangtua yang membutuhkan makanan khusus sesuai dengan umur dan kondisi
tubuh mereka (Lihat: QS al-Baqarah [2]: 172).
- Memiliki pengetahuan tentang pengobatan walaupun sedikit.
Hal ini penting terutama berkaitan
dengan pertolongan pertama. Ibu juga harus memiliki keyakinan yang kuat
bahwa Allahlah Yang Maha Penyembuh (QS asy-Syu’ara [26]: 80) serta
memahami bahwa berobat adalah sunnah hukumnya. Rasul
saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah menurunkan penyakit dan obatnya
serta menjadikan setiap penyakit pasti ada obatnya. Karena itu
berobatlah kalian, tetapi jangan dengan yang haram.” (HR Abu Dawud).
Penutup
Demikianlah, Islam
memerintahkan orangtua, terutama ibu, untuk berperan dalam menjaga
kesehatan keluarganya. Kondisi ini akan bisa terlaksana dengan baik
ketika sistem Islam diterapkan secara sempurna dalam institusi Khilafah.
Sayang, kondisi kita saat ini sangat jauh dari ideal karena saat ini kita hidup dalam sistem kapitalis yang bertentangan dengan Islam. sistem
kapitalis memandang bahwa kesehatan bukan hak setiap individu,
melainkan menjadi hak istimewa bagi seseorang yang sanggup membayar
biaya kesehatan. Negara tidak berfungsi sebagai penjamin kebutuhan
rakyat. Negara hanya perantara bagi penyedia layanan kesehatan untuk
dijual. Karena itu biaya dokter tinggi, harga obat mahal, biaya
pengadaan dan pemeliharaan alat-alat dan sarana kesehatan dibebankan
kepada konsumen. Layanan kesehatan menjadi diskriminatif, bukan lagi
menjadi hak bagi setiap orang. Mereka yang miskin tidak akan sanggup
membayar layanan kesehatan yang berkualitas. Pada akhirnya rakyat
dibiarkan untuk menanggung kesehatan keluarganya.
Bagaimanapun kesehatan merupakan hal yang penting bagi siapapun. Karena itu Islam
menempatkan pelayanan kesehatan sebagai hak setiap warga negara. Oleh
karena itu, ketika saat ini negara abai terhadap pelayanan kesehatan
bagi rakyatnya, maka kesulitanlah yang dialami oleh rakyatnya, baik
individu maupun keluarga.
Seorang ayah maupun ibu dalam keluarga tentu saja tidak bisa untuk tidak perduli akan kondisi kesehatan anak-anaknya atau anggota keluarga
yang lainnya. Seorang ayah maupun ibu tidak akan leluasa menjalankan
perannya sebagai orang yang bertanggung jawab bagi kesehatan anggota
keluarganyasaat negara menyerahkan seratus persen urusan kesehatan
rakyat kepada individu.
Karena itu tidak ada alasan lagi untuk tetap melanggengkan penerapan sistem
kapitalis yang telah menyengsarakan rakyatnya karena pengabaian mereka
terhadap urusan rakyat. Tidak ada pilihan lain kecuali segera berusaha
menegakkan Khilafah yang melayani kebutuhan asasi rakyatnya dengan cuma-cuma dan berkualitas. Hidup dalam naungan Khilafah adalah pilihan logis selain menjadi kewajiban bagi umat untuk mewujudkannya.
WalLâhu a’lam bi ash-shawwâb. [Najmah Saiidah; (Lajnah Tsaqafiyah DPP MHTI)]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar