Seorang Muslim sejatinya menyadari bahwa keberadaannya di dunia ini
hanyalah sementara karena dunia hanyalah tempat persinggahan sementara.
Karena itulah Rasul SAW berpesan kepada Abdullah bin Umar ra, yang
hakikatnya juga ditujukan kepada setiap Muslim, “Jadilah kamu di dunia ini seperti orang asing atau seorang pengembara serta persiapkanlah dirimu menjadi penghuni kubur.” (HR al-Bukhari).
Hadits di atas bermakna, “Janganlah kamu terlalu cenderung pada
dunia; jangan menjadikan dunia sebagai tanah air; jangan menanamkan ke
dalam jiwamu angan-angan bahwa dunia itu abadi; jangan terlalu fokus
pada dunia; jangan terlalu terikat dengan dunia sebagaimana orang asing
tidak akan terlalu betah tinggal di tempat yang bukan tanah airnya; dan
jangan terlalu disibukkan oleh perkara dunia, sebagaimana orang asing
yang selalu merindukan pulang kepada keluarganya.” (Al-Malibari, Al-Isti’dad li al-Mawt wa Su’al al-Qubr, I/1).
Dunia tentu berbeda dengan akhirat. Dunia adalah sementara, sedangkan
akhirat itu abadi. Kehidupan di dunia itu penuh tipu daya, sementara
kehidupan akhirat itulah yang hakiki. Dunia adalah tempat beramal,
sementara akhirat adalah tempat penghisaban dan pembalasan. Karena
itulah Allah SWT mengingatkan manusia agar jangan menunda-nunda untuk
beramal, karena saat kematian datang, kesempatan untuk beramal itu pun
telah hilang. Allah SWT berfirman (yang artinya): Hai orang-orang
beriman, janganlah harta dan anak-anak kalian melalaikan kalian dari
mengingat Allah. Siapa saja yang berbuat demikian, mereka itulah
orang-orang yang merugi. Belanjakanlah sebagian dari rezeki yang telah
kami berikan kepada kalian sebelum datang kematian kepada salah seorang
di antara kalian, lalu ia berkata, "Ya Tuhan-ku, mengapa Engkau tidak
menangguhkan (kematian)-ku sebentar saja sehingga aku dapat bersedekah
dan aku termasuk orang-orang yang salih?" Allah sekali-kali tidak akan
menangguhkan (kematian) seseorang jika telah datang waktu kematiannya.
Allah Mahatahu atas apa saja yang kalian kerjakan (TQS al-Munafiqun [63]: 9-11).
Kematian adalah pintu sekaligus jalan menuju alam akhirat yang pasti
akan dialami dan dirasakan oleh setiap manusia yang hidup di dunia ini.
Seorang Muslim tentu meyakini bahwa kematian itu pasti menimpa dirinya.
Hanya saja, tidak setiap Muslim banyak mengingat mati. Kebanyakan mereka
sering melalaikan urusan kematian ini karena hati dan pikirannya sering
disibukkan oleh perkara-perkara dunia. Padahal banyak mengingat mati
adalah perkara yang disunnahkan. Rasulullah SAW bersabda, “Perbanyaklah mengingat penghancur kenikmatan, yakni maut.” (HR at-Tirmidzi).
Bagi seorang Muslim, kematian sejatinya merupakan salah satu nasihat yang amat berharga. Rasulullah SAW bersabda, “Aku telah meninggalkan dua perkara: yang berbicara dan yang diam. Yang berbicara adalah Alquran. Yang diam adalah kematian.”
Karena itu cukuplah Alquran dan kematian sebagai nasihat bagi siapa
saja yang membutuhkan nasihat. Jika kedua nasihat ini tidak cukup, lalu
bagaimana mungkin selain keduanya bisa berguna bagi dirinya?
(Al-Malibari, Al-Isti’dad, I/3).
Karena itu, banyak mengingat mati amatlah penting. Ia akan mampu
membuat orang-orang zalim segera menghentikan kezalimannya dan akan
sanggup menjadikan orang-orang fasik menghentikan kemakiatannya. Banyak
mengingat mati juga akan mendorong orang-orang Mukmin untuk terus
memperbanyak amal shalih sebagai bekal dirinya saat menghadap Allah SWT
di akhirat nanti.
Orang yang banyak mengingat mati akan banyak rasa takutnya kepada
Allah SWT. Saat ia memiliki rasa takut kepada Allah SWT, ia akan banyak
terdorong untuk melakukan ibadah dan tidak akan banyak beragan-angan,
sebagaimana dikatakan oleh Hatim al-Ashim, “Setiap sesuatu memiliki
perhiasan. Perhiasan ibadah adalah rasa takut (kepada Allah SWT) dan
tanda rasa takut kepada Allah SWT itu adalah sedikit berangan-angan.” (Al-Malibari, Al-Isti’dad, I/1).
Suka atau tidak suka, setiap orang pasti bakal mati. Allah SWT berfirman (yang artinya): Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati (TQS Ali Imran [3]: 185). Kematian akan mengejar setiap manusia, sebagaimana firman-Nya (yang artinya): Di mana saja kalian berada, kematian akan menjumpai kalian kendati kalian di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh (TQS an-Nisa’ [4]: 78).
Namun, mesti disadari, bagi seorang Muslim, kematian itu lebih baik
daripada hidup di dunia terjatuh ke dalam fitnah. Rasulullah SAW pun
bersabda, sebagaimana dituturkan oleh Mahmud bin Labid ra. “Ada dua
perkara yang tidak disukai oleh anak Adam. Anak adam itu tidak menyukai
kematian, padahal kematian itu lebih baik bagi seorang Mukmin daripada
fitnah. Anak adam itu tidak menyukai sedikitnya harta, padahal
sedikitnya harta meringankan penghisaban.” (HR Ahmad).
Karena itu, mari kita menyiapkan kematian kita, tentu dengan
memperbanyak amal shalih sehingga menjadi bekal yang cukup saat kita
menghadap Allah SWT di akhirat nanti. [] abi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar