Sabtu, 02 Januari 2016

mEnyingkap KemaTian

Seorang Muslim sejatinya menyadari bahwa keberadaannya di dunia ini hanyalah sementara karena dunia hanyalah tempat persinggahan sementara. Karena itulah Rasul SAW berpesan kepada Abdullah bin Umar ra, yang hakikatnya juga ditujukan kepada setiap Muslim, “Jadilah kamu di dunia  ini seperti orang asing atau seorang pengembara serta persiapkanlah dirimu menjadi penghuni kubur.” (HR al-Bukhari).
Hadits di atas bermakna, “Janganlah kamu terlalu cenderung pada dunia; jangan menjadikan dunia sebagai tanah air; jangan menanamkan ke dalam jiwamu angan-angan bahwa dunia itu abadi; jangan terlalu fokus pada dunia; jangan terlalu terikat dengan dunia sebagaimana orang asing tidak akan terlalu betah tinggal di tempat yang bukan tanah airnya; dan jangan terlalu disibukkan oleh perkara dunia, sebagaimana orang asing yang selalu merindukan pulang kepada keluarganya.” (Al-Malibari, Al-Isti’dad li al-Mawt wa Su’al al-Qubr, I/1).
Dunia tentu berbeda dengan akhirat. Dunia adalah sementara, sedangkan akhirat itu abadi. Kehidupan di dunia itu penuh tipu daya, sementara kehidupan akhirat itulah yang hakiki. Dunia adalah tempat beramal, sementara akhirat adalah tempat penghisaban dan pembalasan. Karena itulah Allah SWT mengingatkan manusia agar jangan menunda-nunda untuk beramal, karena saat kematian datang, kesempatan untuk beramal itu pun telah hilang. Allah SWT berfirman (yang artinya): Hai orang-orang beriman, janganlah harta dan anak-anak kalian melalaikan kalian dari mengingat Allah. Siapa saja yang berbuat demikian, mereka itulah orang-orang yang merugi. Belanjakanlah sebagian dari rezeki yang telah kami berikan kepada kalian sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kalian, lalu ia berkata, "Ya Tuhan-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)-ku sebentar saja sehingga aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang salih?" Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang jika telah datang waktu kematiannya. Allah Mahatahu atas apa saja yang kalian kerjakan (TQS al-Munafiqun [63]: 9-11).
Kematian adalah pintu sekaligus jalan menuju alam akhirat yang pasti akan dialami dan dirasakan oleh setiap manusia yang hidup di dunia ini. Seorang Muslim tentu meyakini bahwa kematian itu pasti menimpa dirinya. Hanya saja, tidak setiap Muslim banyak mengingat mati. Kebanyakan mereka sering melalaikan urusan kematian ini karena hati dan pikirannya sering disibukkan oleh perkara-perkara dunia. Padahal banyak mengingat mati adalah perkara yang disunnahkan. Rasulullah SAW bersabda, “Perbanyaklah mengingat penghancur kenikmatan, yakni maut.” (HR at-Tirmidzi).
Bagi seorang Muslim, kematian sejatinya merupakan salah satu nasihat yang amat berharga. Rasulullah SAW bersabda, “Aku telah meninggalkan dua perkara: yang berbicara dan yang diam. Yang berbicara adalah Alquran. Yang diam adalah kematian.” Karena itu cukuplah Alquran dan kematian sebagai nasihat bagi siapa saja yang membutuhkan nasihat. Jika kedua nasihat ini tidak cukup, lalu bagaimana mungkin selain keduanya bisa berguna bagi dirinya? (Al-Malibari, Al-Isti’dad, I/3).
Karena itu, banyak mengingat mati amatlah penting. Ia akan mampu membuat orang-orang zalim segera menghentikan kezalimannya dan akan sanggup menjadikan orang-orang fasik menghentikan kemakiatannya. Banyak mengingat mati juga akan mendorong orang-orang Mukmin untuk terus memperbanyak amal shalih sebagai bekal dirinya saat menghadap Allah SWT di akhirat nanti.
Orang yang banyak mengingat mati akan banyak rasa takutnya kepada Allah SWT. Saat ia memiliki rasa takut kepada Allah SWT, ia akan banyak terdorong untuk melakukan ibadah dan tidak akan banyak beragan-angan, sebagaimana dikatakan oleh Hatim al-Ashim, “Setiap sesuatu memiliki perhiasan. Perhiasan ibadah adalah rasa takut (kepada Allah SWT) dan tanda rasa takut kepada Allah SWT itu adalah sedikit berangan-angan.” (Al-Malibari, Al-Isti’dad, I/1).
Suka atau tidak suka, setiap orang pasti bakal mati. Allah SWT berfirman (yang artinya): Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati (TQS Ali Imran [3]: 185). Kematian akan mengejar setiap manusia, sebagaimana firman-Nya (yang artinya): Di mana saja kalian berada, kematian akan menjumpai kalian kendati kalian di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh (TQS an-Nisa’ [4]: 78).
Namun, mesti disadari, bagi seorang Muslim, kematian itu lebih baik daripada hidup di dunia terjatuh ke dalam fitnah. Rasulullah SAW pun bersabda, sebagaimana dituturkan oleh Mahmud bin Labid ra. “Ada dua perkara yang tidak disukai oleh anak Adam. Anak adam itu tidak menyukai kematian, padahal kematian itu lebih baik bagi seorang Mukmin daripada fitnah. Anak adam itu tidak menyukai sedikitnya harta, padahal sedikitnya harta meringankan penghisaban.” (HR Ahmad).
Karena itu, mari kita menyiapkan kematian kita, tentu dengan memperbanyak amal shalih sehingga menjadi bekal yang cukup saat kita menghadap Allah SWT di akhirat nanti. [] abi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar