Secara sederhana syirik dimaknai sebagai sikap/tindakan menjadikan sesuatu selain Allah sebagai sesembahan (Abu Hayan bin Muhammad bin Yusuf bin Ali bin Yusuf al-Haytan, Tafsir Bahr al-Muhith, I/6).
Syirik adalah puncak kerusakan spiritual, puncak kesesatan akal serta
puncak penyimpangan dari perkara paling penting di dunia ini, yakni
keimanan kepada Allah Yang Mahaesa dan Mahatunggal. Syirik adalah
kezaliman dan pendustaan atas kebenaran (Wahbab bin Musthafa az-Zuhayli,
At-Tafsir al-Wasith, /381).
Syirik adalah dosa yang paling besar karena beberapa alasan. Pertama: syirik berarti menyerupakan makhluk dengan Khalik dalam sifat-sifat ketuhanan-Nya. Ini adalah kezaliman yang amat besar. Sesungguhnya syirik itu adalah kezaliman yang amat besar (TQS Luqman: 13).
Kedua: Allah SWT tidak akan mengampuni dosa orang yang tidak bertobat dari syirik. Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan akan mengampuni dosa selain itu bagi siapa saja yang Dia kehendaki (TQS an-Nisa’: 48).
Ketiga: Allah SWT telah mengharamkan surga bagi orang musyrik dan dia kekal di dalam neraka jahanam: Sesungguhnya
siapa saja yang menyekutukan Allah, Allah telah mengharamkan surga atas
dirinya dan tempat kembali dia adalah neraka (TQS al-Maidah: 72).
Keempat: syirik menghapus seluruh amal: Jika mereka melakukan kesyirikan, sungguh Allah menghapus dari mereka segala amal yang mereka kerjakan (TQS al-An’am: 88).
Kelima: orang musyrik halal darah dan hartanya: Perangilah orang-orang musyrik di mana saja kalian temui, siksalah mereka dan usirlah mereka (TQS at-Taubah: 5). Baginda Rasulullah SAW juga bersabda, “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka menyatakan tidak ada tuhan kecuali Allah SWT.” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Keenam: Syirik adalah dosa yang paling besar. Baginda Rasulullah SAW pernah bertanya, “Maukah kalian aku beritahu dosa yang paling besar?” Para sahabat menjawab, “Tentu, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Menyekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua.” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Syirik banyak ragamnya, antara lain: Pertama, syirik dalam ibadah dan doa. Ini jelas dicela oleh Allah SWT (Lihat: QS Fathir: 13-14).
Kedua, syirik dalam sifat Allah. Misal: meyakini
bahwa para nabi dan wali mengetahui perkara-perkara gaib. Allah SWT
telah membantah keyakinan seperti itu (Lihat: QS al-An'am: 59; QS
al-Jin: 26-27.
Ketiga, syirik dalam cinta, yakni
menyetarakan cinta kepada Allah dengan cinta kepada makhluk yang di
dalamnya terkandung unsur prnghambaan. Ini jelas terlarang (Lihat: QS
al-Baqarah: 165).
Keempat, syirik dalam ketaatan, yaitu ketaatan kepada
makhluk, yang menjadikan pelakunya mendurhakai Allah SWT, seperti
menaati mereka dalam menghalalkan apa yang telah Allah haramkan atau
mengharamkan apa yang telah Allah halalkan. Ini jelas tindakan yang
haram (Lihat: QS at-Taubah: 31). Demokrasi dipastikan adalah sistem yang
menjerumuskan manusia ke dalam kesyirikan semacam ini. Padahal
Rasulullah SAW telah bersabda, “Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada al-Khaliq (Allah).” (HR Ahmad).
Beberapa contoh perbuatan syirik di atas bisa menyebabkan seorang
Muslim keluar dari Islam alias murtad. Inilah yang oleh para ulama
disebut dengan asy-syirk al-akbar (syirik besar).
Selain asy-syirk al-akbar, ada pula yang disebut asy-syirk al-asghar (syirik kecil). Syirik ini tidak menjadikan pelakunya keluar dari Islam alias murtad. Syirik jenis ini ada dua macam. Pertama: yang zhahir (nyata), misalnya berupa ucapan. Rasulullah SAW pernah bersabda, “Siapa yang bersumpah dengan selain nama Allah maka ia telah berbuat syirik.”
(HR Ahmad). Ada juga yang berupa amalan seperti memakai gelang, benang,
dan sejenisnya sebagai pengusir atau penangkal marabahaya. Ini jika
pelakunya meyakini bahwa benda-benda tersebut hanya sebagai sarana
penolak penangkal bala. Namun, jika dia meyakini bahwa benda-benda
itulah yang menolak dan menangkal bala, hal itu termasuk syirik besar.
Imran bin Hushain ra menuturkan bahwa Nabi SAW pernah melihat seorang
laki-laki yang di tangannya terdapat gelang kuningan. Beliau lalu
bertanya, "Apakah ini?" Orang itu menjawab, “Penangkal sakit.” Nabi SAW pun bersabda, "Lepaskan
itu karena dia hanya akan menambah kelemahan pada dirimu. Jika kamu
mati, sedangkan gelang itu masih ada pada tubuhmu, kamu tidak akan
beruntung selama-lamanya.” (HR Ahmad).
Kedua: yang khafi (tersembunyi). Syirik jenis ini bersumber dari amalan hati, berupa riya’ dan sum’ah.
Contohnya adalah beribadah kepada Allah SWT dengan maksud mencari
pamrih manusia. Ini termasuk perilaku yang dilarang dalam Islam (Lihat:
QS Hud: 15-16). Syirik jenis ini banyak dilakukan oleh orang-orang
munafik. Rasulullah SAW sendiri amat mengkhawatirkan syirik jenis ini
dilakukan oleh umatnya, sebagaimana sabdanya, “Yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil.” Para Sahabat bertanya, “Apa syirik kecil itu wahai Rasulullah SAW?” Beliau menjawab, “Riya’”. (HR Ahmad dan Ath-Thabrani).
WalLahu a’lam. [] abi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar